Thursday, October 31, 2013

Tubeless

[UGM, jam 07.45. Nunggu dianterin sarapan]
Pagi ini saya menemukan ban belakang kendaraan saya kempes pes. Keliatannya sih terkena benda tajam. Karena setelah saya cek, ternyata memang benar, berlubang. Ini nih risikonya kalau tidak pakai ban tubeless, gampang bocor. Tidak ada solusi lain selain segera nelpon taksi. Karena 15 menit lagi saya harus sudah sampai di kampus. Ampuun!

Mengalami ban kempes saat injury time memang ‘sesuatuuuu’ banget, apalagi pas sendirian, ‘sesuatu’nya tambah komplet. Ngomel dan menggerutu itu pasti, menurut saya sih sah sah saja ya. Yang tidak ‘sah’ kalau ngomel dan menggerutu-nya terus-terusan, dan dilampiaskan ke orang yang tidak tepat pula. Itu yang so horrible.
Well teman-teman, ban gembos itu memang menyebalkan, tapi paling tidak, kalau kita berhenti mengomel dan segera cari tukang tambal, problem solved! Nah, yang susah kalau semangat kita yang gembos. Nyari tukang tambal dan pompanya ini yang tidak gampang. Bahkan mungkin kita sendiri malah yang harus menjadi tukang tambal dan nyediain pompanya.
Ban gembos. Kita tidak bisa mengontrol kapan hal itu terjadi, tapi paling tidak, kita bisa mengantisipasinya dengan beberapa trik. Misalnya menggunakan ban tubeless, agak mahal sih memang, tapi at least nggak ngerepotin. Trus, jangan malas untuk mengontrol tekanan angin. Salah satu penyebab ban gembos adalah tekanan anginnya kurang untuk menopang beban yang telalu berat. Dan yang terakhir, gunakan hanya ban yang asli. Ups, ini bukan promosi lo ya...hehehe
Semangat kita ini ibarat ban kendaraan yang suatu saat bisa gembos, bocor, atau pecah. Makanya sebaiknya dimaintain supaya tidak kebablasan gembos. Karena kalau sudah terlanjur pecah, lebih susah lagi ‘nambal’nya. Kalau tidak bisa diselamatkan ya mau tidak mau harus ganti ban baru kan?
Trus dimana nih beli semangat dengan kualitas tubeless? Yang nggak gampang bocor, yang lebih tahan tekanan? Semangat kualitas tubeless tidak dijual dipasaran, saudara saudara. Kualitas tubeless itu adalah kualitas mental kita. Yang perlu dirubah adalah mindset. Cara pikir otak kita. Itu saja.
Inget ya, tidak perlu jadi sekuat Herkules untuk melakukan hal-hal yang besar. Tidak perlu juga merendahkan kualitas intelegensi kita untuk menerima tantangan baru.
“Ya gimana ya, lha wong saya cuma lulusan SMU mana bisa saya jadi pengusaha sukses kayak Yusuf Kalla”
Ada satu lagi, penyakit yang sering menjangkiti saya, sok sibuk, sok tidak ada waktu. Padahal masalahnya bukan tidak ada waktu. Tapi tidak bisa membagi waktu, alias manajemen waktunya kacau!
Nunggu kalau udah sehatan dikit baru kerja deh...atau nunggu kaya dulu baru nyumbang panti asuhan...silaturahimnya ntr nunggu ada waktu...ya elah, mau sampe kapan nunggunya bos? Ini ban-nya uda keburu kempes duluan kali :p
Kalau tiba-tiba semangat kita gembos, jangan keburu menyalahkan orang lain dulu deh. Jangan-jangan kita sendiri yang mengempesinya dengan membiarkannya terus ‘berlubang’ dan tidak segera mengambil tindakan. Hobi berdalih dan mencari alasan adalah salah satunya. Itu sindrom. Dan, menular pula. Penyakit satu ini bisa dikategorikan sebagai ‘bocor halus’ yang lama-lama akan mengurangi tekanan energi semangat kita dan tau-tau udah kempes aja. So, jauh-jauh deh sama temen yang ‘bocor halus’ :D
Pun kita, ghirah atau semangat itu bisa up and down. Ketika di posisi up, usahakan tetap stabil, bukan sebaliknya, yang stabil malah down-nya. Pertolongan pertama agara tidak kempes betulan, ada tipsnya nih. Treatmentnya sama seperti menangani ban bocor J
1.       Lakukan pengecekan rutin
Pastikan ban kendaraan masih dalam keadaan prima alias ‘batik’nya masih bagus. Cek juga tekanan anginnya. Sama dengan semangat, pengecekan semangat bisa dilakukan dengan mengecek: niatan, cara yang digunakan, dan apa hasil yang sudah dicapai. Kalau niatannya masih terjaga baik, cara yang kita gunakan juga sesuai aturan berarti kita sudah memiliki tiket untuk ‘naik kelas’. Mengukur seberapa besar keberhasilan kita bisa menjadi satu poin tambahan bahwa kita sudah melakukan lompatan yang lebih tinggi. Pencapaian inilah yang bisa mempertahankan energi semangat kita.
2.       Segera cari pompa angin
Jangan biarkan ban kita kurang angin, lama kelamaan bisa bikin kempes. Semangat pun juga demikian. Pompa angin boleh dibilang sebagai tindakan pencegahan. Berkumpulah dengan orang-orang yang motivatif agar tertular energi positifnya, bukan bergaul dan curhat sama teman yang ‘bocor halus’. Bukannya ngasi pinjem pompa eh malah nusukin paku. Hehehe...Kenali potensi-potensi diri, kemudian fokus dengan apa yang menjadi tujuan dan mimpi-mimpi kita, kemudian perteguh keyakinan atasnya. Bisa...bisa...bisaaa!
3.       Tamballah ‘lubang’ yang bocor
Jika ban sudah terlanjur bocor, tidak ada cara lain selain mengganti dengan ban baru atau menambalnya. Artinya, segera lakukan perubahan positif. Segera. Rubah cara pandang kita, rubah kebiasaan kita, rubah perilaku kita. Perubahan positif sekecil apapun jika dilakukan secara kontinyu, akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Contohnya: sholat tepat waktu, merutinkan dhuha, rajin olah raga, bersedekah, dll.
4.       Manajemen beban
Ban kendaraan akan awet jika beban yang ditopangnya tidak melebihi kapasitas/ kemampuannya. Tidak mungkin kan ban mobil sedan dipakai untuk ban truk tronton bermuatan pasir? Pun dengan diri kita. Mengenali kelemahan dan kelebihan itu sangat penting. Dengan mengetahui kapasitas maksimum kita, kita bisa mengatur dan mengendalikan ‘beban’ atau masalah yang kita hadapi. Bijaklah terhadap otak kita, badan kita. Tubuh pun bisa overload lo. Jika terus dipaksakan memikul beban yang memang diluar kapasitas diri kita, siap-siap aja gula darahnya ‘meletus’ hehehe.... Istirahat yang cukup, jaga asupan makanan, refreshing/ rekreasi juga sekali-kali butuh lo agar otak kita tidak penat dan menghindari kejenuhan.
Sekian teman-teman, semoga bisa menjadi info untuk bisa memompa semangat yang lagi K.O. Life is too short, we’ll never know what would happen tomorrow. Lets do our best and lets God do the rest! Chaiyyoo!!

No comments:

Post a Comment