[UGM, jam 07.45. Nunggu dianterin sarapan]
Pagi ini saya
menemukan ban belakang kendaraan saya kempes pes. Keliatannya sih terkena benda
tajam. Karena setelah saya cek, ternyata memang benar, berlubang. Ini nih
risikonya kalau tidak pakai ban tubeless, gampang bocor. Tidak ada solusi lain
selain segera nelpon taksi. Karena 15 menit lagi saya harus sudah sampai di
kampus. Ampuun!
Mengalami ban
kempes saat injury time memang ‘sesuatuuuu’ banget, apalagi pas sendirian,
‘sesuatu’nya tambah komplet. Ngomel dan menggerutu itu pasti, menurut saya sih
sah sah saja ya. Yang tidak ‘sah’ kalau ngomel dan menggerutu-nya
terus-terusan, dan dilampiaskan ke orang yang tidak tepat pula. Itu yang so
horrible.
Well
teman-teman, ban gembos itu memang menyebalkan, tapi paling tidak, kalau kita
berhenti mengomel dan segera cari tukang tambal, problem solved! Nah, yang susah
kalau semangat kita yang gembos. Nyari tukang tambal dan pompanya ini yang
tidak gampang. Bahkan mungkin kita sendiri malah yang harus menjadi tukang
tambal dan nyediain pompanya.
Ban gembos. Kita
tidak bisa mengontrol kapan hal itu terjadi, tapi paling tidak, kita bisa
mengantisipasinya dengan beberapa trik. Misalnya menggunakan ban tubeless, agak
mahal sih memang, tapi at least nggak ngerepotin. Trus, jangan malas untuk mengontrol
tekanan angin. Salah satu penyebab ban gembos adalah tekanan anginnya kurang
untuk menopang beban yang telalu berat. Dan yang terakhir, gunakan hanya ban
yang asli. Ups, ini bukan promosi lo ya...hehehe
Semangat kita
ini ibarat ban kendaraan yang suatu saat bisa gembos, bocor, atau pecah. Makanya
sebaiknya dimaintain supaya tidak kebablasan gembos. Karena kalau sudah
terlanjur pecah, lebih susah lagi ‘nambal’nya. Kalau tidak bisa diselamatkan ya
mau tidak mau harus ganti ban baru kan?
Trus dimana nih
beli semangat dengan kualitas tubeless? Yang nggak gampang bocor, yang lebih
tahan tekanan? Semangat kualitas tubeless tidak dijual dipasaran, saudara
saudara. Kualitas tubeless itu adalah kualitas mental kita. Yang perlu dirubah
adalah mindset. Cara pikir otak kita. Itu saja.
Inget ya, tidak
perlu jadi sekuat Herkules untuk melakukan hal-hal yang besar. Tidak perlu juga
merendahkan kualitas intelegensi kita untuk menerima tantangan baru.
“Ya gimana ya,
lha wong saya cuma lulusan SMU mana bisa saya jadi pengusaha sukses kayak Yusuf
Kalla”
Ada satu lagi,
penyakit yang sering menjangkiti saya, sok sibuk, sok tidak ada waktu. Padahal
masalahnya bukan tidak ada waktu. Tapi tidak bisa membagi waktu, alias
manajemen waktunya kacau!
Nunggu kalau
udah sehatan dikit baru kerja deh...atau nunggu kaya dulu baru nyumbang panti
asuhan...silaturahimnya ntr nunggu ada waktu...ya elah, mau sampe kapan
nunggunya bos? Ini ban-nya uda keburu kempes duluan kali :p
Kalau tiba-tiba
semangat kita gembos, jangan keburu menyalahkan orang lain dulu deh.
Jangan-jangan kita sendiri yang mengempesinya dengan membiarkannya terus
‘berlubang’ dan tidak segera mengambil tindakan. Hobi berdalih dan mencari
alasan adalah salah satunya. Itu sindrom. Dan, menular pula. Penyakit satu ini
bisa dikategorikan sebagai ‘bocor halus’ yang lama-lama akan mengurangi tekanan
energi semangat kita dan tau-tau udah kempes aja. So, jauh-jauh deh sama temen
yang ‘bocor halus’ :D
Pun kita,
ghirah atau semangat itu bisa up and down. Ketika di posisi up, usahakan tetap
stabil, bukan sebaliknya, yang stabil malah down-nya. Pertolongan pertama agara
tidak kempes betulan, ada tipsnya nih. Treatmentnya sama seperti menangani ban
bocor J
1. Lakukan
pengecekan rutin
Pastikan ban
kendaraan masih dalam keadaan prima alias ‘batik’nya masih bagus. Cek juga
tekanan anginnya. Sama dengan semangat, pengecekan semangat bisa dilakukan
dengan mengecek: niatan, cara yang digunakan, dan apa hasil yang sudah dicapai.
Kalau niatannya masih terjaga baik, cara yang kita gunakan juga sesuai aturan
berarti kita sudah memiliki tiket untuk ‘naik kelas’. Mengukur seberapa besar
keberhasilan kita bisa menjadi satu poin tambahan bahwa kita sudah melakukan
lompatan yang lebih tinggi. Pencapaian inilah yang bisa mempertahankan energi
semangat kita.
2. Segera cari
pompa angin
Jangan biarkan
ban kita kurang angin, lama kelamaan bisa bikin kempes. Semangat pun juga
demikian. Pompa angin boleh dibilang sebagai tindakan pencegahan. Berkumpulah
dengan orang-orang yang motivatif agar tertular energi positifnya, bukan
bergaul dan curhat sama teman yang ‘bocor halus’. Bukannya ngasi pinjem pompa eh
malah nusukin paku. Hehehe...Kenali potensi-potensi diri, kemudian fokus dengan
apa yang menjadi tujuan dan mimpi-mimpi kita, kemudian perteguh keyakinan
atasnya. Bisa...bisa...bisaaa!
3. Tamballah
‘lubang’ yang bocor
Jika ban sudah terlanjur
bocor, tidak ada cara lain selain mengganti dengan ban baru atau menambalnya. Artinya,
segera lakukan perubahan positif. Segera. Rubah cara pandang kita, rubah
kebiasaan kita, rubah perilaku kita. Perubahan positif sekecil apapun jika
dilakukan secara kontinyu, akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Contohnya: sholat tepat waktu, merutinkan dhuha, rajin olah raga, bersedekah,
dll.
4. Manajemen beban
Ban kendaraan
akan awet jika beban yang ditopangnya tidak melebihi kapasitas/ kemampuannya.
Tidak mungkin kan ban mobil sedan dipakai untuk ban truk tronton bermuatan
pasir? Pun dengan diri kita. Mengenali kelemahan dan kelebihan itu sangat
penting. Dengan mengetahui kapasitas maksimum kita, kita bisa mengatur dan
mengendalikan ‘beban’ atau masalah yang kita hadapi. Bijaklah terhadap otak
kita, badan kita. Tubuh pun bisa overload lo. Jika terus dipaksakan memikul
beban yang memang diluar kapasitas diri kita, siap-siap aja gula darahnya
‘meletus’ hehehe.... Istirahat yang cukup, jaga asupan makanan, refreshing/
rekreasi juga sekali-kali butuh lo agar otak kita tidak penat dan menghindari
kejenuhan.
Sekian
teman-teman, semoga bisa menjadi info untuk bisa memompa semangat yang lagi K.O.
Life is too short, we’ll never know what would happen tomorrow. Lets do our best
and lets God do the rest! Chaiyyoo!!
No comments:
Post a Comment