[Bandung, dingin, dan lapar, jam 07.01]
Sungguh, saya
akui, mahasiswa jaman sekarang itu ‘pandai-pandai’ secara akademis. Mereka bisa
lulus tepat waktu dengan nilai IPK yang fantastis. Cum Laude. Kalau boleh saya
bandingkan dengan jaman saya kuliah dulu, mau masuk kuliah susahnya minta
ampun, lulusnya apalagi. Makanya banyak beberapa teman seangkatan saya yang
jadi mahasiswa abadi, ya terlepas dari faktor kemalasan mereka juga sih. Mahasiswa
jaman sekarang juga jauh lebih ‘enak’ sekaligus lebih ‘manja’ hehehe... No
offense ya... ini pendapat pribadi soalnya, boleh kok kalau tidak setuju. Peace!
Saya punya
alasan mengapa saya berpendapat demikian. Di salah satu institusi tempat saya
bekerja dulu, bos saya pernah merekrut beberpa fresh graduate yang kesemuanya
memiliki IPK diatas 3.00. Tentu dengan harapan mereka dapat belajar product
knowlegde dengan cepat karena memiliki IQ yang lumayan encer. Namun ternyata
sebaliknya. Belum 3 bulan, 3 dari 5 yang direkrut, resmi mengundurkan diri
dengan alasan tidak betah dengan pressure pekerjaan, dan satu orang lainnya mendapat
teguran karena kurang disiplin. Well, kejadian itu bukan semata-mata
menyudutkan para fresh graduate, tetapi jadi salah satu wacana pembelajaran
saja, untuk saya juga.
Harus diakui, gelar
Cum Laude saja ternyata tidak cukup lo untuk bekal kita berjuang di dunia kerja
dan berinteraksi dengan masyarakat. Karena ketika kita sudah terjun langsung
embel-embel IPK dan Cum Laude tidak akan terbaca di jidat kita. Yang mereka
tuntut adalah kemampuan kita, dan karya kita.
Passion...passion...passion...!
Beberapa tahun
lalu saya surprise karena salah satu teman saya memutuskan resign dari PNS (dosen tetap di Universitas negeri) dan memilih
mengikuti panggilan jiwanya sebagai motivator dan fasilitator. Banyak sekali
orang-orang yang sukses dan mencintai profesinya yang jauh berbeda dari ilmu
yang pernah mereka pelajari di bangku sekolah/ kuliah. Passion dapat diartikan sebagai
keinginan, gairah, minat terbesar dalam diri. Kenali passion, kenali potensi,
dan kekuatan diri. Passion dapat terlihat dari hobi dan kecenderungan kita saat
mengisi waktu luang. Masing-masing orang memiliki passin yang berbeda-beda, ada
yang bakat jualan, menulis, akting, masak, atau mengajar. Optimalkan dengan
mengalokasikan waktu khusus untuk mengasahnya. Besi tua yang terus ditempa
kelak akan menjadi sebuah pedang yang mumpuni!
Fight.... fight...fight...!
Kompetisi dan
persaingan merupakan sarana untuk melatih mental juang. Orang yang terbiasa
bersaing (dalam arti positif) akan terbiasa dengan target dan akan memotivasi
dirinya untuk lebih baik lagi. Selain itu juga akan membentuk diri kita lebih
tangguh, percaya diri, dan tidak mudah berputus asa menghadapi tantangan, ujian
bahkan kegagalan. Karena dalam dunia kerja dan bermasyarakat, hanya orang-orang
yang tangguhlah yang bisa bertahan, dan hanya orang-orang yang mau berjuang lah
yang menang. Bagi yang hobi nulis, sering-seringlah ikut lomba cerpen dan
jangan menyerah walau naskahnya masih belum dimuat di majalah. Tidak ada
ruginya ikut lomba debat berbahasa Inggris walaupun conversationnya dan
grammarnya masih belum sempurna. Don’t worry, practice makes perfect!. Intinya
asah mentalmu, pertajam intuisimu.
Be Creative... Be Creative... Be Creative
Orang kreatif
itu banyak akal, karena orang kreatif itu mampu membaca peluang disekitarnya dan
mampu memanfaatkannya. Kreatif bukan hanya dalam kacamata dunia bisnis saja,
kreatif itu luas. Siapapun dan profesi apapun tidak membatasi untuk menjadi
kreatif. Hal-hal baru dan fenomenal seringkali lahir dari ‘ketidaksengajaan’
dan kreatifitas, misalnya saja facebook. Kunci kreatif adalah eksperimen dan
berani gagal.
Attitude... Attitude... Attitude...
Mencari orang
berpredikat Cum Laude itu mudah, tinggal search di database lulusan, ketemu.
Tapi mencari orang yang benar-benar memiliki attitude (baca: akhlaq) yang baik
itu tidak mudah. Kalau dalam bahasa jawanya disebut tata krama. Bergesernya
pola komunikasi, mengakibatkan pergeseran nilai-nilai initimacy (kedekatan)
dengan orang lain. Sehingga, penghargaan dan hormat (respect) kepada orang lain
pun juga mulai pudar. Terpaan budaya pop dan budaya barat yang kian melanda
generasi muda jaman sekarang semakin mengaburkan norma budaya bangsa sendiri.
Iman... Iman... Iman...
Punya gelar Cum
Laude tapi suka lupa sholat, IPK 4.00 tapi maksiat jalan terus. Apa yang bisa
dibanggakan dari prestasi semacam ini. Karena Allah tidak akan menanyakan kita
cum laude atau D.O. Allah juga tidak peduli kita lulusan Eropa atau Arab. Yang
kelak akan kita pertanggungjawabkan adalah seberapa manfaatkah ilmu kita. Ilmu
dan Iman bagai dua sisi mata uang, yang akan bernilai jika kedua sisinya
sempurna.
Teman-teman
yang baik, berjuang untuk meraih predikat cum laude itu baik, akan sempurna lagi
jika kita pun mengasah karakter diri dan spiritualitas kita. Karena
sesungguhnya, Allah akan meninggikan derajat ummatnya yang beriman lagi berilmu
(QS. 58:11).
No comments:
Post a Comment