Friday, November 8, 2013

Rumahku Surgaku, Tetanggaku Nerakaku


[Rumah, ujian sabar part II, jam 08.44]
Sebenarnya ini adalah peristiwa di malam Idul Fitri kemarin. Keinget lagi karena ternyata imbas kejadian tersebut baru kerasanya sekarang. Tadi malam ayah menelepon kalau mau memperbaiki atap teras samping yang ambrol pas malam takbiran kemarin lalu. Area atap yang ambrol lumayan lebar, ya...mungkin karena sudah lapuk jadi kena goncangan dan ‘getaran dikit’ langsung ambruk.  Ndak papa, memang sudah saatnya diperbaiki kok, Yah...

Masih soal kabar dari rumah, sekarang giliran ibu yang curhat, ayam betina piaraan beliau hilang lagi. MasyaAllaah... Lagi??? baru lebaran kemarin ibu kehilangan 2 ayam, yang satu ekor baru dibelinya di pasar untuk persiapan lebaran. Dan yang seekor lagi adalah ayam yang beliau piara dari anakan sampe berumur ABG. Keesokan paginya, kami menemukan kurungan mereka tergeletak di pekarangan belakang tidak jauh dari kandang yang pintunya sudah dibobol sama maling. Nah, kalau yang ini kayaknya sih langganan...saya kembali bergumam.
Sudah tidak terhitung berapa kali ibu saya kemalingan hewan piaraannya. Pernah waktu itu bebek beliau hilang satu persatu, kalau ayam sih sudah terlalu sering. Bukannya su’udzon, tapi ‘radar’ ibu lama kelamaan mulai terasah tajam. Hehehe... tersangkanya adalah... orang deket-deket sini aja Fit, gitu kesimpulan beliau berdasarkan info dari si radar dan investigasi selama bertahun-tahun.
Apa hubungannya atap jeblog dan misteri hilangnya ayam ibu? Ada. Dua-duanya adalah ulah tetangga saya yang punya perilaku ‘ajaib’ hehehe... Saya sendiri tidak berani berprasangka tetangga yang sebelah mana :D
Pas menjelang malam idul fitri, 3 diantara tetangga rumah saya merayakan kemenangan dengan adu petasan kembang api. Bagus sih...langitnya bisa warna-warni dan berkembang-kembang. Tapi suaranya itu lo boss... tobaattt! Saling bersaut-sautan seperti ndak mau kalah adu kelantangan. Kuping saya sampe berdengung-dengung, ya karena mereka nyalainnya tepat di sebelah kanan kiri dan depan rumah saya. Udah mirip perang di Mesir kali ya? Hehehe.... dan korbannya adalah atap samping rumah saya yang sudah tua renta itu ambruk dengan sempurna. Hfffhh...
Sore sebelumnya, kami sudah mengalami tragedi hilangnya 2 ekor ayam calon opor yang raib dengan misterius. Sudah gagal ngopor, eh malah sekarang dikasi PR atap rumah jeblog. Ya sudahlah, sabar...besok kita makan pake telor ceplok aja sama lontong. Dan masih untung atap teras samping yang jebol, bukan rumahnya yang ikut ambruk...hehehe...Ayah mencoba menghibur kami yang sudah senewen tingkat dewa :p
Memang sih, berbuat baik kepada tetangga itu dianjurkan. Rosulullah sendiri yang menyatakan bahwa bahwa tetangga pun memiliki hak yang harus kita hormati dan kita berikan, antara lain jika ia berutang, kita utangi, jika mengundang kita wajib datang, jika ia sakit kita jenguk, jika minta tolong kita menolongnya, jika tertimpa musibah maka kita menghiburnya, jika meninggal dunia, kita urus jenazahnya, jika pergi, kita bantu menjaga rumah dan keluarganya, jika kita memasak, janganlah mengganggunya dengan bau masakan pembangkit selera kecuali kita mengirimkan sebagian dari masakan kita.
Dan koridor hak dan kewajiban ini telah diatur dalam 3 kriteria. Pertama, tetangga sefamili dan seagama, mendapatkan hak ketetanggaan, hak famili, dan hak agama. Kedua, tetangga yang seagama, mendapatkan hak ketetanggaan, dan hak agama. Dan yang ketiga adalah tetangga yang kafir, maka ia hanya menerima hak ketetanggaan saja.
Subhanallah...
Islam dengan detil mengatur hubungan sosial kemasyarakatan ini dengan seadil-adilnya, bahkan untuk hak dan kewajiban bertetangga sekalipun. Dan aturan (syariah) tentang ilmu bertetangga ini yang jarang kita pahami ketika menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan rumah kita. Termasuk saya. Jadi jangan heran kalau antar tetangga sering terjadi perselisihan, salah paham, sampai kekerasan. Ya mungkin awal mulanya karena pergesekan hak dan kewajiban yang tidak menemukan jalan keluar.
Karena saya telah membaca dan mengetahui rule of the game-nya. Saya pun membela diri bahwa saya (dan keluarga saya) insyaAllah telah menunaikan hak dan kewajiban sebagaimana anjuran Rosul. Malahan kami yang jadi korban ‘kekerasan’ dalam hubungan ketetanggaan. Gimana nih?
Well, ternyata ilmu bertetangga ini belum tamat sampai disini. Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Hasan Al Bashri menyatakan bahwa termasuk kebaikan kepada tetangga yaitu yang tidak mengganggunya dan juga sabar atas gangguan mereka setelah kita menegurnya.

Sabar memang jadi pilihan sikap kalau sudah mentog ngadepin tetangga yang ajaib seperti tetangga rumah saya ini. Ya daripada ikut-ikutan menimbun dosa karena berprasangka dan ghibah, apalagi sampai membalas mereka dengan keburukan. Buang-buang waktu. Biarlah ayam dan bebek yang hilang, daripada pahala amal ikutan lenyap. Atap yang jebol lebih mudah diperbaiki, tapi akhlaq baik yang rusak, butuh waktu lama dan usaha ekstra untuk memulihkannya. Peace!

No comments:

Post a Comment