[Rumah, ujian sabar part II, jam 08.44]
Sebenarnya ini adalah
peristiwa di malam Idul Fitri kemarin. Keinget lagi karena ternyata imbas
kejadian tersebut baru kerasanya sekarang. Tadi malam ayah menelepon kalau mau
memperbaiki atap teras samping yang ambrol pas malam takbiran kemarin lalu. Area
atap yang ambrol lumayan lebar, ya...mungkin karena sudah lapuk jadi kena
goncangan dan ‘getaran dikit’ langsung ambruk.
Ndak papa, memang sudah saatnya diperbaiki kok, Yah...
Masih soal
kabar dari rumah, sekarang giliran ibu yang curhat, ayam betina piaraan beliau
hilang lagi. MasyaAllaah... Lagi??? baru lebaran kemarin ibu kehilangan 2 ayam,
yang satu ekor baru dibelinya di pasar untuk persiapan lebaran. Dan yang seekor
lagi adalah ayam yang beliau piara dari anakan sampe berumur ABG. Keesokan
paginya, kami menemukan kurungan mereka tergeletak di pekarangan belakang tidak
jauh dari kandang yang pintunya sudah dibobol sama maling. Nah, kalau yang ini
kayaknya sih langganan...saya kembali bergumam.
Sudah tidak
terhitung berapa kali ibu saya kemalingan hewan piaraannya. Pernah waktu itu
bebek beliau hilang satu persatu, kalau ayam sih sudah terlalu sering. Bukannya
su’udzon, tapi ‘radar’ ibu lama kelamaan mulai terasah tajam. Hehehe...
tersangkanya adalah... orang deket-deket sini aja Fit, gitu kesimpulan beliau
berdasarkan info dari si radar dan investigasi selama bertahun-tahun.
Apa hubungannya
atap jeblog dan misteri hilangnya ayam ibu? Ada. Dua-duanya adalah ulah
tetangga saya yang punya perilaku ‘ajaib’ hehehe... Saya sendiri tidak berani
berprasangka tetangga yang sebelah mana :D
Pas menjelang
malam idul fitri, 3 diantara tetangga rumah saya merayakan kemenangan dengan
adu petasan kembang api. Bagus sih...langitnya bisa warna-warni dan
berkembang-kembang. Tapi suaranya itu lo boss... tobaattt! Saling
bersaut-sautan seperti ndak mau kalah adu kelantangan. Kuping saya sampe
berdengung-dengung, ya karena mereka nyalainnya tepat di sebelah kanan kiri dan
depan rumah saya. Udah mirip perang di Mesir kali ya? Hehehe.... dan korbannya
adalah atap samping rumah saya yang sudah tua renta itu ambruk dengan sempurna.
Hfffhh...
Sore
sebelumnya, kami sudah mengalami tragedi hilangnya 2 ekor ayam calon opor yang
raib dengan misterius. Sudah gagal ngopor, eh malah sekarang dikasi PR atap
rumah jeblog. Ya sudahlah, sabar...besok kita makan pake telor ceplok aja sama
lontong. Dan masih untung atap teras samping yang jebol, bukan rumahnya yang
ikut ambruk...hehehe...Ayah mencoba menghibur kami yang sudah senewen tingkat
dewa :p
Memang sih,
berbuat baik kepada tetangga itu dianjurkan. Rosulullah sendiri yang menyatakan
bahwa bahwa tetangga pun memiliki hak yang harus kita hormati dan kita berikan,
antara lain jika ia berutang, kita utangi, jika mengundang kita wajib datang,
jika ia sakit kita jenguk, jika minta tolong kita menolongnya, jika tertimpa
musibah maka kita menghiburnya, jika meninggal dunia, kita urus jenazahnya, jika
pergi, kita bantu menjaga rumah dan keluarganya, jika kita memasak, janganlah
mengganggunya dengan bau masakan pembangkit selera kecuali kita mengirimkan
sebagian dari masakan kita.
Dan koridor hak
dan kewajiban ini telah diatur dalam 3 kriteria. Pertama, tetangga
sefamili dan seagama, mendapatkan hak ketetanggaan, hak famili, dan hak agama.
Kedua, tetangga yang seagama, mendapatkan hak ketetanggaan, dan hak agama. Dan
yang ketiga adalah tetangga yang kafir, maka ia hanya menerima hak ketetanggaan
saja.
Subhanallah...
Islam dengan
detil mengatur hubungan sosial kemasyarakatan ini dengan seadil-adilnya, bahkan
untuk hak dan kewajiban bertetangga sekalipun. Dan aturan (syariah) tentang
ilmu bertetangga ini yang jarang kita pahami ketika menjalin hubungan dengan
orang lain di lingkungan rumah kita. Termasuk saya. Jadi jangan heran kalau
antar tetangga sering terjadi perselisihan, salah paham, sampai kekerasan. Ya
mungkin awal mulanya karena pergesekan hak dan kewajiban yang tidak menemukan
jalan keluar.
Karena saya
telah membaca dan mengetahui rule of the game-nya. Saya pun membela diri bahwa
saya (dan keluarga saya) insyaAllah telah menunaikan hak dan kewajiban
sebagaimana anjuran Rosul. Malahan kami yang jadi korban ‘kekerasan’ dalam
hubungan ketetanggaan. Gimana nih?
Well, ternyata
ilmu bertetangga ini belum tamat sampai disini. Dalam hadist lain yang
diriwayatkan oleh Hasan Al Bashri menyatakan bahwa termasuk kebaikan kepada
tetangga yaitu yang tidak mengganggunya dan juga sabar atas gangguan mereka
setelah kita menegurnya.
Sabar memang jadi
pilihan sikap kalau sudah mentog ngadepin tetangga yang ajaib seperti tetangga
rumah saya ini. Ya daripada ikut-ikutan menimbun dosa karena berprasangka dan
ghibah, apalagi sampai membalas mereka dengan keburukan. Buang-buang waktu. Biarlah
ayam dan bebek yang hilang, daripada pahala amal ikutan lenyap. Atap yang jebol
lebih mudah diperbaiki, tapi akhlaq baik yang rusak, butuh waktu lama dan usaha
ekstra untuk memulihkannya. Peace!
No comments:
Post a Comment