Thursday, October 10, 2013

Makan Apa Hari Ini?





[Surabaya, 06.16, breakfast time]
Makan apa hari ini teman-teman? Pagi ini saya memulai hari saya dengan segelas susu coklat dan biskuit. Sudah beberapa bulan ini saya mulai membiasakan sarapan, selain penting bagi kesehatan, sarapan juga termasuk sunnah rosul lo...
Eniwe, tubuh sebetulnya punya alarm jika ada sesuatu yang salah, ia akan merespon dengan cepat. Dan responnya macam-macam, seperti diare misalnya. Pun dengan pola hidup kita, tubuh akan beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan. Orang yang hobi makan sayur tentu akan memiliki proses metabolisme yang berbeda dengan orang yang gemar makan daging-dagingan. Selain memilih jenis makanan yang kita konsumsi, kebersihan dan kelayakannya juga harus kita perhatikan. Makanan yang basi dan kotor tentu hanya akan menjadi sumber penyakit, bukan?

Teman-teman, kualitas keimanan seseorang juga dapat ditunjukkan dari makanan yang ia konsumsi. Apa sebabnya? Karena makanan yang kita konsumsi bukan hanya sebagai konsumsi fisik, tetapi juga berhubungan dengan konsumsi psikis dan spiritual. Mari kita cek ya. Salah satu bentuk syukur dan kasih sayang kita terhadap fisik kita adalah dengan memberinya asupan makanan yang sehat. Makan makanan yang sehat, cukup nutrisi dan gizi, tentu akan membuat badan kita tidak gampang sakit. Karena zat-zat penting yang dibutuhkan oleh tubuh telah kita penuhi. Fisik kita juga berhak lo mendapatkan makanan yang baik. Bukan berarti harus mahal. Baik bisa berarti diolah dengan cara yang baik, dari bahan makanan yang baik, dan disajikan dengan cara yang baik pula. Membiasakan makan makanan yang baik berati membiasakan hidup dengan cara yang baik. Sedangkan makanan sebagai konsumsi spiritual, adalah dengan tidak melupakan aspek kehalalan/ keharamannya. Seperti yang kita tahu bahwa daging babi adalah salah satu yang diharamkan. Jika kita mengkonsumsinya, akan berdampak buruk bagi kesehatan, karena daging babi ini mengandung cacing pita yang tidak akan mati walaupun dimasak dalam air mendidih. Salah satu tanda orang yang beriman adalah berhati-hati. Namun yang paling utama adalah sebagai perwujudan ketaatan kita kepada Allah SWT karena telah difirmankan dalam Al Quran.
Selain organ pencernaan, otak juga termasuk bagian tubuh yang penting, ia pun memerlukan makanan yang sehat, baik, lagi halal. Makanan otak tidak berupa nasi dan roti, ia berupa informasi. Justru makanan otak inilah yang sering kita abaikan. Sering tidak kita pikirkan dampak jangka panjangnya, bahwa segala informasi yang kita terima akan mempengaruhi pola pikir dan bahkan tindakan kita. Apalagi jika informasi tersebut bersifat destruktif atau merusak. Apakah benar informasi yang sifatnya tidak sehat, tidak baik, dan tidak halal itu dapat menjadi racun, walaupun kita hanya mencicipi sekali saja? Jawabannya iya. Seseorang yang belum pernah melihat kekerasan, tindakan kriminalitas, dan pornografi sebelumnya, kemudian ia melihatnya, walaupun Cuma sekali, maka informasi yang telah dilihat dan didengarnya akan secara otomatis akan terekam selamanya dalam ingatannya. Karena otak kita memiliki ribuan bahkan ratusan ribu syaraf yang berfungsi merekam, menyimpan, dan dapat memutar kembali apapun yang pernah kita lihat, dengar, dan kecap. Saya masih ingat kelezatan opor ayam dan sambal petis buatan ibu saya walaupun saat ini tidak terhidang di depan saya, bagaimana aroma bawang yang bercampur dengan daun serai, hmmm...nikmat sekali. Saya juga tidak akan pernah lupa akan kengerian dan ketakutan yang saya alami saat pertama kali menonton film G 30 S PKI. Dan selama bertahun-tahun saya jadi paranoid kalau mendengar kata-kata PKI dan yang berhubungan dengannya. Peristiwa itu menghantui saya walaupun saya tidak pernah menontonnya lagi.
Informasi yang kita dapat bukan hanya berasal dari media massa saja, bisa juga diberikan oleh guru kita, buku dan literatur yang kita baca, lagu-lagu yang sering kita dengar, dan orang-orang yang sehari-hari berinteraksi dengan kita.
Berapa jam kita menonton tv, memelototi internet, dan membaca koran hari ini? Apa saja informasi favorit kita? Berita? Infotainment atau gosip? Sinetron? Atau acara masak memasak? Dari preferensi informasi yang pilih tentu ‘khasiat’nya akan berimplikasi pada otak kita. Pengetahuan kita bertambah dan sense kita pun juga ikut berkembang.
Di sekolah, sudahkah pelajaran yang diberikan oleh guru kita menjadikan diri kita lebih paham? atau malah tambah bingung? Guru itu ibarat seorang chef. Menyajikan masakan sekaligus mengajarkan murid-muridnya ‘style’. Style berpikir. Bisa membuat orang tercerahkan atau sekaligus menyesatkan. Style berpikir akan mempengaruhi seseorang dalam memandang sebuah permasalahan serta bagaimana mencari jalan keluarnya.
Buku dan literatur itu seperti cemilan. Tinggal kita yang milih mau makan kentang goreng yang full kalori atau buah-buahan yang jelas bervitamin. Kita pun tahu kalau tidak semua cemilan itu baik dan layak untuk dikonsumsi. Buku pun demikian, tidak semua buku isinya ‘menyehatkan’ dan ‘bergizi’ bagi perkembangan otak kita. Banyaknya daftar referensi, kutipan sana sini, dan dan footnote bukan jaminan bahwa literatur tersebut secara ilmiah teruji.
Jika kita menginginkan diri kita menjadi orang yang positif, maka masuklah ke dalam lingkaran yang berenergi positif. Kalau ingin jadi orang kaya ya perbanyaklah bergaul dengan orang-orang kaya. Tapi jika ingin cerdas, pilihlah lingkungan yang mencerdaskan.
Dalam sebuah artikel yang baru saja saya baca, ada sebuah nasihat dari bapak Komarudin Hidayat, seleksilah apa yang dikonsumsi mata dan telinga, karena akan sangat memengaruhi pikiran dan tindakan. Saya sepakat. Agar badan sehat, memang perlu olahraga teratur dan diet asupan yang sarat nutrisi. Maka kalau ingin pikiran dan tindakan kita juga ikutan sehat, ‘diet’lah hanya dengan mengkonsumsi informasi yang sehat, baik, lagi halal. Sehat karena mengandung manfaat, dan yang mengkonsumsi bisa menjadi lebih pandai, lebih bijak, dan dapat memperluas wawasan. Informasi juga harus baik, baik secara konten maupun penyampaiannya, agar yang mengkonsumsi juga dapat menjadi penyampai informasi yang baik pula. Dan yang terakhir halal, artinya mengkonsumsi informasi tersebut dapat bernilai ibadah. Jadi, makan apa hari ini?

No comments:

Post a Comment