[Surabaya, 06.16, breakfast time]
Makan apa hari
ini teman-teman? Pagi ini saya memulai hari saya dengan segelas susu coklat dan
biskuit. Sudah beberapa bulan ini saya mulai membiasakan sarapan, selain
penting bagi kesehatan, sarapan juga termasuk sunnah rosul lo...
Eniwe, tubuh
sebetulnya punya alarm jika ada sesuatu yang salah, ia akan merespon dengan
cepat. Dan responnya macam-macam, seperti diare misalnya. Pun dengan pola hidup
kita, tubuh akan beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan. Orang
yang hobi makan sayur tentu akan memiliki proses metabolisme yang berbeda
dengan orang yang gemar makan daging-dagingan. Selain memilih jenis makanan
yang kita konsumsi, kebersihan dan kelayakannya juga harus kita perhatikan.
Makanan yang basi dan kotor tentu hanya akan menjadi sumber penyakit, bukan?
Teman-teman, kualitas
keimanan seseorang juga dapat ditunjukkan dari makanan yang ia konsumsi. Apa
sebabnya? Karena makanan yang kita konsumsi bukan hanya sebagai konsumsi fisik,
tetapi juga berhubungan dengan konsumsi psikis dan spiritual. Mari kita cek ya.
Salah satu bentuk syukur dan kasih sayang kita terhadap fisik kita adalah
dengan memberinya asupan makanan yang sehat. Makan makanan yang sehat, cukup
nutrisi dan gizi, tentu akan membuat badan kita tidak gampang sakit. Karena zat-zat
penting yang dibutuhkan oleh tubuh telah kita penuhi. Fisik kita juga berhak lo
mendapatkan makanan yang baik. Bukan berarti harus mahal. Baik bisa berarti
diolah dengan cara yang baik, dari bahan makanan yang baik, dan disajikan
dengan cara yang baik pula. Membiasakan makan makanan yang baik berati
membiasakan hidup dengan cara yang baik. Sedangkan makanan sebagai konsumsi
spiritual, adalah dengan tidak melupakan aspek kehalalan/ keharamannya. Seperti
yang kita tahu bahwa daging babi adalah salah satu yang diharamkan. Jika kita
mengkonsumsinya, akan berdampak buruk bagi kesehatan, karena daging babi ini
mengandung cacing pita yang tidak akan mati walaupun dimasak dalam air
mendidih. Salah satu tanda orang yang beriman adalah berhati-hati. Namun yang
paling utama adalah sebagai perwujudan ketaatan kita kepada Allah SWT karena
telah difirmankan dalam Al Quran.
Selain organ
pencernaan, otak juga termasuk bagian tubuh yang penting, ia pun memerlukan
makanan yang sehat, baik, lagi halal. Makanan otak tidak berupa nasi dan roti,
ia berupa informasi. Justru makanan otak inilah yang sering kita abaikan.
Sering tidak kita pikirkan dampak jangka panjangnya, bahwa segala informasi
yang kita terima akan mempengaruhi pola pikir dan bahkan tindakan kita. Apalagi
jika informasi tersebut bersifat destruktif atau merusak. Apakah benar informasi
yang sifatnya tidak sehat, tidak baik, dan tidak halal itu dapat menjadi racun,
walaupun kita hanya mencicipi sekali saja? Jawabannya iya. Seseorang yang belum
pernah melihat kekerasan, tindakan kriminalitas, dan pornografi sebelumnya, kemudian
ia melihatnya, walaupun Cuma sekali, maka informasi yang telah dilihat dan
didengarnya akan secara otomatis akan terekam selamanya dalam ingatannya. Karena
otak kita memiliki ribuan bahkan ratusan ribu syaraf yang berfungsi merekam,
menyimpan, dan dapat memutar kembali apapun yang pernah kita lihat, dengar, dan
kecap. Saya masih ingat kelezatan opor ayam dan sambal petis buatan ibu saya
walaupun saat ini tidak terhidang di depan saya, bagaimana aroma bawang yang
bercampur dengan daun serai, hmmm...nikmat sekali. Saya juga tidak akan pernah
lupa akan kengerian dan ketakutan yang saya alami saat pertama kali menonton
film G 30 S PKI. Dan selama bertahun-tahun saya jadi paranoid kalau mendengar
kata-kata PKI dan yang berhubungan dengannya. Peristiwa itu menghantui saya
walaupun saya tidak pernah menontonnya lagi.
Informasi yang
kita dapat bukan hanya berasal dari media massa saja, bisa juga diberikan oleh
guru kita, buku dan literatur yang kita baca, lagu-lagu yang sering kita dengar,
dan orang-orang yang sehari-hari berinteraksi dengan kita.
Berapa jam kita
menonton tv, memelototi internet, dan membaca koran hari ini? Apa saja informasi
favorit kita? Berita? Infotainment atau gosip? Sinetron? Atau acara masak
memasak? Dari preferensi informasi yang pilih tentu ‘khasiat’nya akan
berimplikasi pada otak kita. Pengetahuan kita bertambah dan sense kita pun juga
ikut berkembang.
Di sekolah,
sudahkah pelajaran yang diberikan oleh guru kita menjadikan diri kita lebih
paham? atau malah tambah bingung? Guru itu ibarat seorang chef. Menyajikan
masakan sekaligus mengajarkan murid-muridnya ‘style’. Style berpikir. Bisa
membuat orang tercerahkan atau sekaligus menyesatkan. Style berpikir akan
mempengaruhi seseorang dalam memandang sebuah permasalahan serta bagaimana
mencari jalan keluarnya.
Buku dan
literatur itu seperti cemilan. Tinggal kita yang milih mau makan kentang goreng
yang full kalori atau buah-buahan yang jelas bervitamin. Kita pun tahu kalau
tidak semua cemilan itu baik dan layak untuk dikonsumsi. Buku pun demikian,
tidak semua buku isinya ‘menyehatkan’ dan ‘bergizi’ bagi perkembangan otak kita.
Banyaknya daftar referensi, kutipan sana sini, dan dan footnote bukan jaminan
bahwa literatur tersebut secara ilmiah teruji.
Jika kita
menginginkan diri kita menjadi orang yang positif, maka masuklah ke dalam
lingkaran yang berenergi positif. Kalau ingin jadi orang kaya ya perbanyaklah
bergaul dengan orang-orang kaya. Tapi jika ingin cerdas, pilihlah lingkungan
yang mencerdaskan.
Dalam sebuah
artikel yang baru saja saya baca, ada sebuah nasihat dari bapak Komarudin
Hidayat, seleksilah apa yang dikonsumsi
mata dan telinga, karena akan sangat memengaruhi pikiran dan tindakan. Saya
sepakat. Agar badan sehat, memang perlu olahraga teratur dan diet asupan yang
sarat nutrisi. Maka kalau ingin pikiran dan tindakan kita juga ikutan sehat,
‘diet’lah hanya dengan mengkonsumsi informasi yang sehat, baik, lagi halal.
Sehat karena mengandung manfaat, dan yang mengkonsumsi bisa menjadi lebih
pandai, lebih bijak, dan dapat memperluas wawasan. Informasi juga harus baik, baik
secara konten maupun penyampaiannya, agar yang mengkonsumsi juga dapat menjadi
penyampai informasi yang baik pula. Dan yang terakhir halal, artinya mengkonsumsi
informasi tersebut dapat bernilai ibadah. Jadi, makan apa hari ini?
No comments:
Post a Comment